BPAN Daerah Kampar Dideklarasikan, Azhari: Bersinergi Membangun Kampung

“Dibentuknya BPAN di Kabupaten Kampar diharapkan ke depannya bisa bersinergi dalam membenahi persoalan-persoalan yang sudah terlanjur terjadi di masing-masing wilayah adat di kabupaten Kampar. Gerakan pulang kampung merupakan gerakan yang perlu dilakukan, sebab kelestarian budaya dan ketahanan pangan Masyarakat Adat tergantung kepada peran pemuda adat yang sudah memiliki SDM yang kuat sehingga SDA yang ada bisa terkelola dengan baik,” ucap Datuk Suparmantono.

Ia begitu bersemangat. Suaranya pun masih lantang. Di dalam kalimat-kalimat yang terucap di mulutnya, tersimpan optimisme bagi masa Masyarakat Adat di Kampar. Ia meletakan harapan-harapannya itu di pundak generasi muda adat yang mendengarnya bicara. Gerakan Pulang Kampung menjadi hal yang mesti dilakukan para pemuda-pemudi adat Kampar.

Datuk Suparmantono adalah salah satu tetua adat yang hadir pada Pertemuan Daerah (Perda) generasi muda adat di Kabupaten Kampar, 12-14 Februari 2021. Kegiatan ini dilaksanakan di kawasan Rimbang Baling yaitu di Kenegerian Batu Sanggan, Riau.

“Selama ini yang mengakibatkan terjadinya pelepasan wilayah adat ke pihak luar dikarenakan status kedaulatan ekonomi Masyarakat Adat yang lemah, sehingga ketika dihadapkan dengan situasi di mana kebutuhan ekonomi ada yang mencukupi, maka pelepasan tanah adat yang menjadi pilihan utama. Sementara para pemuda yang seharusnya memberikan pemikiran jangka panjang kepada para tetua sibuk di luar kampung dengan gaya hidup baru mereka, namun ketika pulang kampung, ternyata tanah adat sudah diambil alih oleh pihak luar,” tuturnya.

Kegiatan perda ini diikuti oleh 22 orang  pemuda dan pemudi adat dari berbagai komunitas adat di Kampar. Komunitas adat tersebut yaitu Komunitas Kenegerian Batu Sanggan, Komunitas Kenegerian Tanjung Belit, Komunitas Kenegerian Aur Kuning, Komunitas Kenegerian Kuok, Komunitas Kenegerian Rumbio, Komunitas Kenegerian Lipat Kain, dan Komunitas Kenegerian  Air Tiris. Hadir pula para tetua adat dan Pengurus Daerah (PD) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kampar.

“Dalam rangka membangkitkan semangat pemuda adat daerah Kampar untuk mengurus wilayah adat serta mendiskusikan kondisi perjuangan Masyarakat Adat Kampar, khususnya keterlibatan pemuda-pemudi adat di dalamnya. Berkaca kepada beberapa persoalan di atas maka kami merasa perlu membentuk BPAN di Kampar sebagai wadah menyatukan pikiran dan rasa senasib sepenanggungan bagi pemuda adat di Kampar yang sudah mulai terpecah disebabkan pola pikir yang sudah tergerus oleh konsep kekinian sehingga rasa memiliki kampung sudah mulai ditinggalkan,” terang  Himyul Wahyudi selaku Ketua BPH AMAN Daerah Kampar.

Perda ini dilaksanakan dalam bentuk kemah adat selama 3 hari. Di dalamnya para pemuda-pemudi adat menerima materi-materi penting terkait Gerakan Masyarakat Adat. Kegiatan juga diisi dengan diskusi dan tanya jawab bersama para tetua adat.

Puncak kegiatan diisi dengan pembentukan dan deklarasi Pengurus Daerah BPAN Kampar. Acara ini dilaksanakan dihari terakhir kegiatan. Sebelum deklarasi para generasi muda adat Kampar bermusyawarah. Mereka kemudian membahas kepengurusan pertama BPAN Daerah Kampar. Hasil musyawarah memutuskan Azhari sebagai Ketua, Hermansah sebagai Sekretaris, dan Anisa Pauzana sebagai Bendahara. Ketiga pemuda-pemudi adat ini, dipercayakan untuk menggerakkan roda organisasi di Kampar.

“BPAN harus membentuk banyak pengurus di daerah supaya komunitas-komunitas adat dapat terorganisir dengan baik dan dengan adanya BPAN di daerah dapat menjadi wadah berkumpulnya para pemuda-pemudi adat bisa bersinergi dalam membangun kampung agar lebih baik lagi,” ucap Azhari.

Azhari dikukuhkan sebagai Ketua pertama BPAN Daerah Kampar bersama para anggota dan kepengurusan yang telah dibentuk. Mereka mendeklarasikan diri menjadi bagian dari perjuangan pemuda-pemudi adat Nusantara yang tergabung di BPAN. Di Kampar, kembali BPAN begerak.

Seperti harapan para tetua adatnya, BPAN Daerah Kampar dibentuk demi mewujudnya visi Generasi Muda Adat Bangkit Bersatu Bergerak Mengurus Wilayah Adat sebagai jalan para pemuda-pemudi adat memperkuat dan menjaga wilayah adat.

Penulis: Kalfein Wuisan

Kredo BPAN Daerah Pamona: Pemuda Adat Adalah Masyarakat Adat Itu Sendiri

“Pesan bagi pemuda adat yang hadir adalah agar generasi muda bisa menjadi kader pemula maupun kader penggerak dalam mempertahankan adat leluhur kita”, ucap Rian sambil mengulang kembali pesan tetua adat yang didengarnya.

Menurut Rian, suara para tetua adat saat bicara begitu lantang. Suara mereka mampu mengalahkan suara ombak yang pecah di pinggir pantai Siuri.

5 Februari 2021, angin berhembus lembut di sekitar pantai. Langit pun begitu cerah. Kondisi ini membuat Rian dan sejumlah generasi muda adat Pamona asyik berkegiatan di Pantai Siuri. Mereka sedang melaksanakan Pertemuan Daerah (Perda) sebagai ruang konsolidasi pemuda-pemudi adat Pamona.

Hari itu, menjadi hari bersejarah bagi pemuda-pemudi adat Pamona. Ombak dan angin di pantai Siuri menjadi saksi upaya mereka sebagai penerus Masyarakat Adat.

Pantai Siuri terletak di wilayah adat Komunitas Pu’umboto di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Komunitas Pu’umboto sendiri merupakan bagian dari Suku Pamona. Komunitas ini terkenal dengan kuliner khasnya, Inuyu atau nasi bambu.

Rian Rifandry Mohama, nama panggilannya Rian. Ia dan belasan pemuda-pemudi adat Pamona hadir di kegiatan Perda yang dilaksanakan di pantai Siuri. Turut hadir pula dalam Perda itu para tetua adat dan perwakilan Pengurus Daerah (PD) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Poso.

Dalam Perda itu, dilaksanakan beberapa agenda penting. Pertama, pendidikan kader pemula. Kedua, pembentukan Pengurus Daerah (PD) Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Daerah Pamona.

Dalam musyawarah pembentukan PD BPAN Pamona, terpilih Rian Rifandry Mohama sebagai Ketua. Ia menjadi Ketua pertama BPAN Daerah Pamona. Dalam kepengurusannya, ia didampingi oleh Sam Gulinda sebagai Sekretaris dan Yuyun Ombo sebagai Bendahara.

Rian memang begitu bersemangat untuk bergabung dengan BPAN. Ia terinpirasi dengan perjuangan BPAN dan AMAN. Menurutnya, pemuda adat Pamona harus bergabung dengan BPAN karena pemuda adat adalah Masyarakat Adat itu sendiri.

“Pemuda adat merupakan Masyarakat Adat itu sendiri dan harus menjadi barisan pemuda adat untuk bertanggung jawab mengembangkan serta menyelesaikan setiap permasalahan budaya adat yang ada di wilayahnya,” tuturnya.

Bagi Rian ini menjadi kredo pemuda-pemudi adat Pamona dalam perjuangan Masyarakat Adat.

Rian menjadi salah satu dari sekian banyak generasi muda adat anggota BPAN yang percaya bahwa perjuangan BPAN akan semakin kokoh apabila tiang-tiang organisasi BPAN terus ditancapkan di seluruh penjuru nusantara. Upaya ini, menurutnya, membuat perjuangan BPAN semakin kuat.

“BPAN bisa berdiri kokoh sebagai satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dari Masyarakat Adat itu sendiri dan bisa menjadi kader penggerak dalam mempertahankan adat leluhur di daerah masing-masing,” tegasnya.

Pengurus dan anggota BPAN Daerah Pamona mendeklrasikan diri menjadi bagian dari perjuangan BPAN. Mereka kemudian dikukuhkan dengan mengucapkan Janji Pemuda Adat.

Seperti Deru Ombak Pantai Siuri yang mampu menghancurkan karang, seperti itu pula komitmen mereka menjaga wilayah adatnya.

Penulis: Kalfein Wuisan

Terobosan dan Semangat Baru, Dilahirkan BPAN Daerah Banten Kidul

Ada sebuah pondok di antara pepohonan di wilayah adat Kasepuhan Cicarucub. Pondok ini menjadi saksi sejarah yang digoreskan generasi muda adat Banten Kidul. Di sana mereka menggelar konsolidasi dalam bentuk Pertemuan Daerah (Perda) generasi muda adat Banten Kidul. Dalam Perda itu, Pengurus Daerah (PD) Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Banten Kidul dideklarasikan.

Cia salah satu dari banyak generasi muda adat Banten Kidul yang hadir di kegiatan itu. Ia kemudian terpilih menjadi Ketua pertama BPAN Daerah Banten Kidul.

Nama lengkapnya Sucia Lisdamara Yulmanda Taufik. Sapaan akrabnya Cia. Ia pemudi adat asal komunitas Kasepuhan Bayah.

Di hari di mana kegiatan Perda berlangsung, Cia begitu bersemangat. Sejak matahari belum terlalu lama naik, ia sudah mempersiapkan diri. Sekitar jam 9, ia berangkat bersama adiknya, Genta Galih, ke lokasi Perda. Sepeda motor menjadi tunggangan mereka ke sana.

Cuaca hari itu cukup cerah. Perjalanan mereka pun begitu mengasyikkan. Berkendara menggunakan motor, membuat mereka mampu berinteraksi langsung dengan angin dan udara khas pegunungan di wilayah adat yang terjaga. Pemandangan indah menjadi teman mereka sampai ke tempat kegiatan.

Usai berkendara selama satu jam, mereka sampai di lokasi kegiatan di Lebak Damar, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. Di sana, rupanya angin bertiup cukup kencang. Udaranya pun dingin. Kondisi ini sangat khas daerah pegunungan.

“Cuaca pada saat itu lumayan cerah. Tapi karena lokasi berada di pegunungan, angin di sana cukup kencang dan udaranya sangat dingin,” ucap Cia.

Ia begitu bahagia bisa tiba dengan selamat dan menikmati langsung keindahan tempat tersebut. Apalagi bertemu dengan banyak pemuda-pemudi adat se-Banten Kidul dan mendeklarasikan BPAN, membuat kebahagiaanya semakin lengkap.

Cia rupanya mulai terlibat secara aktif dalam perjuangan Masyarakat Adat sejak tahun 2017. Ia kemudian mengenal BPAN saat sering mengikuti kegiatan Aliansi Masyrakat Adat Nusantara (AMAN). Dalam aktivitas itulah, ia tahu bahwa AMAN punya organisasi sayap khusus untuk pemuda-pemudi adat. Ia juga mengikuti akun media sosial BPAN. Di situ pula ia tahu banyak informasi mengenai BPAN.

Hal-hal ini, ternyata juga yang mendorong Cia bersemangat bergabung dengan BPAN.

“Pemuda adat harus bergabung bersama BPAN karena bukan hanya ilmu dan pengalaman yang didapat, pemuda adat juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensinya dan mengabdi kepada kampung,” ujar Cia.

Ia dan pemuda pemudi adat Banten Kidul kemudian menghabiskan waktu selama 3 hari, sejak tanggal 19-21 Februari, mengikuti Perda BPAN Daerah Banten Kidul dan mendeklarasikan BPAN di sana.

Perda ini diikuti oleh 35 orang pemuda-pemudi adat dari beberapa komunitas adat se-Banten Kidul. Turut hadir pula, para tetua adat dari bebagai komunitas. Iwan Kastiwan sebagai Juru Basa dari Kasepuhan Bayah, Henriana Hatra sebagai Wakil Abah  dari Kasepuhan Cisungsang, Lili Herdiana sebagai Wakil Abah dari Kasepuhan Ciherang, Mulyana sebagai Jaro Pamarentah dari Kasepuhan Cicarucub, dan Rozak Nurhawan sebagai Wakil Abah dari Kasepuhan Urug.

Dalam Perda itu, ada beberapa agenda yang dilaksanakan. Pelatihan Kader Pemula BPAN menjadi agenda awal yang dilangsungkan di hari pertama dan kedua. Sesi ini difasilitasi oleh Rozak Nurhawan selaku DAMANDA Banten Kidul dan Henriana Hatra selaku Sekretaris PD AMAN Banten Kidul.

Di hari ketiga, dilaksanakan agenda selanjutnya yakni musyawarah dan deklarasi PD BPAN Banten Kidul. Hasil musyawarah memutuskan stuktur kepengurusan PD BPAN Banten Kidul yang pertama. Cia atau Sucia Lisdamara Yulmanda Taufik dimandatkan sebagai Ketua, Gia Khairul Azmi sebagai Sekretaris, dan Irfan Irawan sebagai Bendahara. Mereka kemudian dikukuhkan sebagai pengurus dengan mengucapkan Janji Pemuda Adat.

Cia menerima Bendera BPAN setelah dikukuhkan sebagai Ketua BPAN Daerah Banten Kidul

Para tetua adat yang hadir turut memberikan pesan dan motivasi bagi kepengurusan yang baru terbentuk. Lili Herdiana selaku tetua adat dari Kasepuhan Ciherang, secara khusus mengapresiasi terpilihnya pemudi adat sebagai Ketua BPAN Daerah Banten Kidul. Ini menurutnya menjadi sebuah terobosan dan semangat baru yang dilahirkan BPAN Daerah Banten Kidul.

“Tentu saja ini sebuah terobosan dan semangat baru, seorang kader pemuda perempuan terpilih menjadi Ketua Barisan Pemuda Adat Nusantara Daerah Banten Kidul. Saya berpesan agar organisasi ini dapat menjadi wadah pemersatu dan silaturahim pemuda-pemudi adat kasepuhan, dan mampu memberikan kontribusi besar terhadap kerja-kerja organisasi dalam gerakan Masyarakat Adat di Banten Kidul,” pesan Lili Herdiana.

21 Februari 2021 menjadi tanggal yang tak terlupakan bagi Cia dan para pemuda-pemudi adat lain yang berikrar dan mendeklrasikan BPAN Daerah Banten Kidul.

“Menurut saya, BPAN harus membentuk banyak pengurus di daerah karena daerah merupakan basis massa komunitas adat, dan agar komunitas-komunitas adat dapat terorganisir dengan baik. Selain itu, adanya BPAN di daerah dapat menjadi wadah berkumpul para pemuda adat dan dapat merekrut banyak pemuda adat agar bisa bersatu mengurus kampung,” tutup Cia.

Di akhir kegiatan, mereka berfoto bersama. Pohon-pohon tinggi menjulang, menjadi latar yang penuh makna.

Penulis: Kalfein Wuisan

Peparian: Motor Kedaulatan Pangan Talang Mamak

Sepenggal Cerita dari Panen Padi Masyarakat Adat Anak Talang

Para pemudi adat nampak riang. Di wajah mereka terpancar rasa bahagia. Mereka berdiri di antara padi yang sudah menguning. Tangan mereka, sibuk memetik tangkai-tangkai padi yang berisi.

Begitupula para ibu, para perempuan adat yang bersama mereka. Di tangan mereka ada tuai (alat untuk memanen padi). Mereka sibuk menuai padi, sambil mengajarkan pengetahuan itu kepada para anak perempuan yang ikut panen. Tradisi tranfer pengetahuan ini merupakan khas Masyarakat Adat Talang Mamak. Panen, belajar, dan bergembira, itu yang melekat di diri mereka. Hari itu, Minggu (14/02/2021), kebahagiaan mereka begitu terasa.

Mentari terik pun tak mampu membendung sukacita mereka dalam menikmati berkat, hasil mengolah tanah leluhur Talang Mamak. Mereka menuai padi dengan penuh gembira sambil menaikkan syukur kepada Sang Pencipta.

Sudah dua minggu lebih, sejak awal Ferbuari, Masyarakat Adat Anak Talang, Suku Talang Mamak melaksanakan panen Padi. Tradisi ini dalam bahasa Talang Mamak disebut ‘Menuai’. Tradisi menuai merupakan proses panen padi secara tradisional. Para pemuda dan pemudi adat menjadi orang yang paling berperan di dalam tradisi menuai.

Masyarakat Adat Talang Mamak memang sangat berhubungan erat dengan ladang. Dalam bahasa Talang Mamak, talang berarti ladang.

Menurut Supriadi Tongka, menanam padi merupakan bagian dari sejarah Talang Mamak.

 “Talang artinya ladang. Selain itu, padi juga digunakan untuk ritual adat serta memenuhi kebutuhan pangan orang Talang Mamak. Karena itu, Masyarakat Adat Talang Mamak tidak bisa dipisahkan dari berladang menanam padi”, ungkap pemuda adat Talang Mamak ini.

Supriadi Tongka

Di tengah kesibukannya sewaktu menjabat sebagai Ketua Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Daerah Indragiri Hulu periode 2016-2019, Supriadi juga sibuk berladang. Usai menyelesaikan tugasnya sebagai Ketua, ia semakin fokus berladang. Ladangnya, ia tanami sekitar 3.000 pohon pisang dari berbagai jenis. Selain itu, ada juga tanaman obat-obatan seperti kunyit, jahe, dan lain sebagainya.

Kini, ia sedang menikmati panen padi di ladang keluarga mereka. Selain anggota keluarga, para pemudi, perempuan adat, dan masyarakat yang berladang di sekitar ladang mereka datang membantu memanen padi. Kerja saling bantu-membantu ini dalam bahasa Talang Mamak disebut Peparian.

“Kata Peparian ini digunakan dalam hal gotong royong, bantu-membantu. Misalnya, hari ini panen di ladang saya. Selesai ladang saya, baru bantu panen di ladang yang lain. Tapi kalo misalnya membuat rumah, hanya satu rumah saja dikerjakan, itu tetap disebut gotong royong bukan peparian,” tutur Supriadi.

Peparian menjadi motor penggerak aktivitas kedaulatan pangan Masyarakat Adat Talang Mamak. Peparian menjadi bagian dari kehidupan Masyarakat Adat Talang Mamak.

Peparian saat Menuai

Di musim panen ini, ladang milik keluarganya merupakan salah satu dari beberapa ladang yang diusahakan oleh Masyarakat Adat Anak Talang. Luas ladang yang digarap oleh satu kepala keluarga kurang lebih setengah hektar. Sementara itu, ada sekitar 15 keluarga yang berladang atau berbanjar (berkelompok) di dekat ladangnya.

Proses menugal (menanam) sampai pemanenan masih dilakukan dengan cara tradisional dan melalui ritual. Ladang biasanya digarap sendiri-sendiri oleh masing-masing keluarga. Tapi, pada waktu tertentu, misalnya saat Menuai, mereka bekerja bersama, Peparian. Proses menugal sampai menuai membutuhkan waktu sekitar 6 bulan.

Padi yang mereka tanam umumnya merupakan padi lokal. Padi ini sudah ditanam secara turun-temurun. Dalam bahasa Talang Mamak nama-nama padi tersebut yakni Padi Gading Godang (besar), Padi Sabak, Padi Anak Jalai, dan padi Alus (kecil).

Dijelaskan Supriadi, tujuan menanam padi, selain memenuhi kebutuhan pokok, juga untuk menjaga tradisi dari leluhur. Padi juga digunakan orang Talang Mamak untuk ritual.

“Hasil dari panen untuk kebutuhan pokok serta untuk ritual setelah panen yang disebut orang Anak Talang ‘membuat ubat ikut taun kepalo taun’,” jelasnya.

Panen menjadi proses yang paling ditunggu setelah melewati berbagai tantangan sejak proses menanam. Di Talang Mamak sendiri, cuaca dan gangguan binatang liar dan hama tanaman menjadi tantangan terbesar dalam berladang. Misal, seperti yang dialami Supriadi.

“Tantangan-tantangan yang kami hadapi antara lain seperti serangga, burung, dan yang paling mengancam adalah tidak menentunya musim kemarau dan penghujan yang berdampak pada hasil panen,” imbuhnya.

Bagi Supriadi dan seluruh Masyarakat Adat yang berladang, tantangan-tantangan seperti itu biasa terjadi. Namun, tidak menuyurutkan niat ataupun semangat mereka untuk berladang karena ladang adalah identitas orang Talang Mamak.

DI tengah pandemi Covid-19, berladang padi menjadi bagian dari upaya kedaulatan pangan Masyarakat Adat Talang Mamak. Menurut Supriadi, dengan berladang menanam padi, kebutuhan pangan mereka dapat teratasi. Selain itu, berladang menjadi usaha untuk mempertahankan tradisi leluhur supaya tidak hilang.

“Ini bagian dari kedaulatan pangan karena dengan berladang dapat membantu kita keluar dari krisis pangan. Apalagi situasi Covid-19 yang melanda dunia ini. Dan yang terpenting kita bisa berdalulat atas pangan tanpa diatur oleh pihak luar”, tutupnya.

Berladang menjadi senjata, menjadi metode Masyarakat Adat Talang Mamak menjaga wilayah adatnya, menjaga identitasnya. Berladang adalah identitas mereka. ‘Talang’ berarti ‘ladang’.

Penulis: Kalfein Wuisan

14 Februari di Kampung Limbungan

Matahari sudah tinggi. Angin bertiup perlahan, mengitari rumah-rumah adat di kampung Limbungan.

Di Limbungan, rumah-rumah adat berjejer indah. Atapnya terbuat dari ilalang. Dalam bahasa Sasak, ilalang disebut Re. Sementara, dindingnya terbuat dari Sideng atau tanah liat.

Di salah satu rumah, sudah berkumpul sejumlah generasi muda adat. Mereka semua dari kampung Limbungan. Mereka mengadakan Pertemuan Kampung (Perkam). Deklarasi Pengurus Kampung (PKam) BPAN Limbungan menjadi agenda utama Perkam. Di moment itu, dibentuk dan dilantik pengurus PKam BPAN Limbungan.

Ratnijah, hari itu, bangun pagi dengan semangat baru. Ia adalah pemuda adat kampung Limbungan. Usai menyelesaikan aktivitas di rumahnya, ia segera bergegas ke salah satu rumah adat di Limbungan. Di sana, sudah mulai terkumpul kawan-kawannya, sesama pemuda-pemudi adat Limbungan. Memang, di malam sebelumnya, Ratjinah dan teman-temannya sudah berkonsolidasi. Rumah Ratjinah, memang menjadi tempat nongkrong teman-teman di kampungnya. Sehingga, dengan mudah ia mengkoordiner dan meningatkan lagi kawan-kawannya.

Sekitar pukul 13.30 Wita, Ratjinah dan pemuda-pemudi adat Limbungan sudah terkumpul di salah satu rumah adat. Rumah tersebut merupakan rumah salah satu kawan pemuda adat, Haerun Nisak. Di situlah, Perkam dilaksanakan.

Hadir dalam Perkam itu, 11 orang pemuda-pemudi adat Limbungan. Mereka yaitu Ratnijah, Haerun Nisak, Satriawan, Amirun, Abdul Aziz, Suliadi, Sapardi, Suhaedi, Abdul Majdi, M.Haeruz Zamani, Muhibudin Ahyar dan Ismaedi.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Tetua adat Limbungan, Amag Irsasih dan DePAN Region Balinusra, Lalu Kesumayadi. Mereka menjadi saksi para pemuda-pemudi adat Limbungan berupaya menjaga dan membangun kampungnya.

Dalam musyawarah itu, para generasi muda adat Limbungan bersepakat untuk bergabung bersama BPAN. Mereka kemudian mendeklarasikan Pengurus Kampung (PKam) BPAN Limbungan sebagai wadah berkumpul dan berjuang bersama.

Musyawarah juga memutuskan struktur kepengurusan PKam BPAN Limbungan yang pertama. Posisi Ketua dipercayakan kepada Ratnijah, Sekretaris diserahkan kepada Satriawan, dan Bendahara dimandatkan kepada Haerun Nisak.

Lalu Kesumayadi dan Ketua Terpilih PKam BPAN Limbungan, Ratnijah.

Menurut Ratnijah, Ketua terpilih, BPAN tidah hanya menjadi wadah perjuangan tapi juga ruang belajar tentang masyarakat adat. Ini kemudian menjadi alasan dibentuknya PKam BPAN Limbungan.

“Karena BPAN Adalah Organisasi Sayap AMAN yang membela dan memperjuangkan Masyarakat Adat. Supaya kita tau hak-hak masyarakat adat dan bisa tetap terjaga adat istiadatnya” ucap Ratjinah.

Di antara rumah adat Limbungan, pengurus dan anggota BPAN Kampung Limbungan dikukuhkan dengan mengucapkan Janji Pemuda Adat. Prosesi ini dipimpin oleh Lalu Kesumayadi.

14 Februari 2021, menjadi hari bersejarah. Pemuda-pemudi komunitas adat Limbungan bertemu, bermusyawarah, dan mendeklrasikan BPAN Kampung Limbungan.

Di tempat lain di belahan bumi ini, 14 Februari dimaknai sebagai hari kasih sayang. Di Limbungan, 14 Februari menjadi hari kebangkitan pemuda-pemudi adat kampung Limbungan.

Penulis: Kalfein Wuisan

Di Maros, Panji BPAN Dikibarkan

“Pemuda adat yang menjadi kader BPAN harus mewakafkan diri untuk mempertahankan wilayah adatnya dan terus mendesak pemerintah membuat perda pengakuan hak-hak masyarakat adat,” ucap Pak Amir.

Seruan itu menghentak puluhan generasi muda adat Maros yang mendengarnya bicara.

Amir merupakan tetua adat sekaligus anggota Dewan AMAN Daerah Maros. Ia hadir dan bicara di depan sekitar 20 orang generasi muda adat Maros yang melangsungkan Pertemuan Daerah (Perda) sebagai momentum konsolidasi.

Kegiatan Perda tersebut dilangsungkan pada 11-12 Februari 2021, di komunitas adat Karaeng Bulu, Desa Bonto Mattinggi, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros. Dalam kegiatan Perda ini, juga dilaksanakan Pendidikan Kader Pemula AMAN.

Perda I ini menjadi momen bersejarah bagi generasi muda adat Maros. Di dalam Perda ini dilakukan musywarah pembentukan Pengurus Daerah (PD) BPAN Maros.

Pembentukan PD BPAN Maros merupakan hasil musyawarah para pemuda-pemudi adat di kabupaten Maros. Upaya mereka ini pun didukung penuh oleh Pengurus Wilayah (PW) BPAN Sulawesi Selatan (Sulsel) dan PW AMAN Sulsel.

Marjuli, Ketua PW BPAN Sulsel, yang hadir dan membantu dilangsungkannya Perda mengatakan bahwa pembentukan PD BPAN Maros sangat penting.

“Pembentukan PD BPAN Maros sangat  penting karna generasi muda sebagai leader masyarakat adat untuk mempertahankan wilayah adat sehingga perlu adanya organisasi  pemuda adat sebagai wadah perjuangan dan BPAN sebagai solusi untuk menjawab persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat adat”, ungkapnya.

12 Februari 2021 menjadi memontum bersejarah bagi pergerakan BPAN di Maros.

Hasil musyawarah pemuda-pemudi adat Maros memutuskan untuk mendeklarasikan PD BPAN Maros. Dalam musyawarah itu juga diputuskan kepengurusan pertama PD BPAN Maros. Aminuddin terpilih sebagai Ketua. Ia dibantu oleh Safa sebagai Sekretaris dan Firdayanti sebagai Bendahara. Mereka kemudian dikukuhkan dengan mengucapkan Janji Pemuda Adat. Proses pengukuhan ini dipimpin oleh Ketua PW BPAN Sulsel.

Di Maros, panji BPAN kembali dikibarkan. Perjuangan generasi muda adat pun dikobarkan.

Penulis: Kalfein Wuisan

Gerak Baru PD BPAN Lombok Barat

“Kita tidak membentuk, karena sebelumnya BPAN Lombok Barat sudah Perda (Pertemuan Daerah). Hanya saja, belum begitu aktif. Dan ketua terpilih sebelumnya Lalu Budi Hartono mengundurkan diri”.

Begitu disampaikan Lalu Kesumajayadi via Whatsapp.

Lalu Kesumajayadi merupakan anggota Dewan Pemuda Adat Nusantara (DePAN) Region Bali-Nusra. Ia terpilih menjadi DePAN di Jambore Nasional (Jamnas) III Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) di Muara Samu, Kalimantan Timur.

Beberapa waktu lalu, sejumlah anggota BPAN Daerah Lombok Barat berkonsultasi dengannya. Hal penting yang mereka bicarakan terkait mengaktifkan kembali roda organisasi BPAN Daerah Lombok Barat. Termasuk, membicarakan posisi Ketua yang sudah kosong karena ketua terpilih telah mengundurkan diri.

Sebagai DePAN, ia memastikan bahwa roda pergerakan BPAN di wilayahnya tetap berjalan.  Koordinasi dengan sesama Pengurus Nasional (PN) yakni Ketua Umum BPAN, ia lakukan. Mengaktifkan kembali kepengurusan BPAN di beberapa daerah, termasuk PD BPAN Lombok Barat, menjadi program prioritas PN BPAN.

“Karena ini bagian dari mandat organisasi. Kita ingin BPAN ini lebih progresif dalam pengorganisasian dan juga kita menyiapkan kader pemimpin untuk Generasi Muda Adat mulai dari kampung – kampung hingga ke daerah dan kita mulai dari sini, BPAN,” ungkap Lalu Kesumajayadi.

Menurutnya, upaya menggerakan kembali roda organisasi PD BPAN Lombok Barat, diinisiasi oleh anggota BPAN Lombok Barat sendiri. Inisiasi ini diawali dengan rapat pengurus. Sebelumnya pengurus juga telah melakukan rapat internal dan konsultasi dengan DePAN Reg Bali-Nusra dan juga kepada Ketua BPH AMAN Daerah Lombok Barat selaku penasihat. Hasil pertemuan itu, menetapkan jadwal pelaksanaan musyawarah pergantian pengurus BPAN yang masih aktif dengan menunjuk dan mengangkat ketua Penjabat Sementara (Pjs) Ketua.

“Yang pasti, karena ketua sebelumnya mengundurkan diri, sehingga agar kerja-kerja organisasi berjalan dengan baik maka kita harus melakukan pergantian,” ucap Lalu.

Musyawarah pergantian pengurus BPAN Daerah Lombok Barat dilaksanakan di Rumah AMAN Lombok Barat. Dihadiri oleh anggota PD BPAN Lombok Barat, Ketua BPH AMAN Lombok Barat, Perwakilan Pengurus BPAN NTB, dan DePAN Region Bali-Nusra.

Hasil musyawarah memandatkan Raden Wire Satriaji sebagai Pjs Ketua PD BPAN Lombok Barat. Ia kemudian dikukuhkan sebagai Pjs Ketua dengan mengucapkan Janji Pemuda Adat. Dalam kepengurusan yang baru ini, ia dibantu oleh M. Septian Wahyudi selaku Sekretaris dan M. Riskiya Ansori sebagai Bendahara.

Menurut Raden Wire Satriaji, generasi muda adat wajib bergabung bersama BPAN.

” Karna organisasi BPAN ini lah yang sangat tepat untuk wadah para pemuda-pemuda yang ingin mewujudkan impian mereka yang berhubungan dengan adat istiadat. Pemuda adat inilah yang akan meneruskan nilai-nilai luhur adat istiadat.,” ucapnya.

Selain kegitan tersebut, dilangsungkan juga Pendidikan Kader untuk pengurus BPAN Daerah Lombok. Pendidikan ini dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan berorganisasi di BPAN dan AMAN.

28 Januari 2021 menjadi momen bersejarah bagi PD BPAN Lombok Barat. Kepengurusannya dibentuk ulang sekaligus mengatur gerak baru dalam arak-arakan perjuangan Masyarakat Adat nusantara.

Penulis: Kalfein Wuisan

RPN IX BPAN: Perkuat Organisasi Menuju Jambore Nasional

9 Februari 2021, Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) menggelar Rapat Pengurus Nasional (RPN) ke-9 (IX) secara virtual via aplikasi zoom. Salah satu agenda RPN IX, membahas tentang persiapan Jambore Nasional (Jamnas) IV BPAN.

RPN merupakan salah satu ruang pertemuan dan pengambilan keputusan yang diatur dalam statua BPAN. RPN diselenggarakan dua kali dalam setahun yang dihadiri oleh Dewan Pemuda Adat Nusantara (DePAN) dan Ketua Umum beserta jajarannya. Berdasarkan statuta, RPN diselenggarakan untuk beberapa tujuan. Pertama, melakukan evaluasi berkala atas penyelenggaraan organisasi dan pelaksanaan program program kerja BPAN serta melakukan perbaikanperbaikan yang diperlukan. Kedua, merumuskan dan mengeluarkan rekomendasi- rekomendasi kepada seluruh perangkat organisasi BPAN untuk memperbaiki kinerja masingmasing. Ketiga, merumuskan dan mengeluarkan keputusankeputusan Pengurus Nasional untuk disampaikan kepada dan dilaksanakan oleh seluruh perangkat organisasi dan atau anggota BPAN. Keempat, merumuskan dan mengeluarkan pernyataan sikap BPAN.

RPN IX BPAN dihadiri oleh DePAN, Ketua Umum, Sekretariat Nasional, dan Peninjau. Para DePAN BPAN yakni Lalu Kesuma Jayadi selaku DePAN Region Bali-Nusa Tenggara, Erlina Darakay selaku DePAN Region Kepulauan Maluku, Jhontoni Tarihoran selaku DePAN Region Sumatera, Joko Sumarto selaku DePAN Region Sulawesi, Paulus Ade Sukmayadi selaku DePAN Region Kalimantan, Sem Vani Ulimpa selaku DePAN Region Papua, dan Zebri Bahril Ulum selaku DePAN Region Jawa. Ketua umum BPAN, Jakob Siringoringo, turut hadir bersama para staf di Sekretrariat Nasional BPAN. Sementara, Rukka Sombolinggi selaku Sekjen AMAN, Eustobio Rero Renggi selaku Deputi I Sekjen, Riky Aprizal selaku Direktur OKK PB AMAN, Awaludin dari OKK PB AMAN, dan Batara Tambing selaku volunteer BPAN hadir sebagai peninjau.

“Perkuat Organisasi Menuju Jambore Nasional IV BPAN’ menjadi tema yang diangkat pada RPN IX. Selain Jamnas IV BPAN, beberapa agenda dan topik penting lain juga dilaksanakan serta dibahas mendalam.

Mars Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan mars BPAN dikumandangkan, di awal kegiatan. Acara kemudian dilanjutkan dengan Sambutan Sekjen AMAN, Rukka Sombolinggi.

Dalam sambutannya ia mengapreasiasi segala upaya yang selama ini dilakukan oleh BPAN. Ia juga turut memberikan berbagai motivasi dan penguatan terkait jalannya roda organisasi BPAN.

Usai Sekjend AMAN bicara, sesi dilanjutkan dengan agenda penyampaian perkembangan organisasi setahun terakhir, oleh Ketua Umum BPAN, Jakob Siringoringo. Sesi kemudian langsung disambung dengan tanggapan sekaligus penyampaian perkembangan DePAN setiap region.

RPN IX juga membahas program kerja BPAN enam bulan ke depan. Rapar Kerja Nasional (Rakernas) III BPAN dan Jamnas IV BPAN juga dibahas di sesi pembahasan program. Rencananya, Rakernas III BPAN akan dilaksanakan pada bulan April 2021 secara virtual. Sementara itu, Jamnas IV BPAN rencananya akan diselenggarakan pada bulan Juli 2021.

Menurut Ketua Umum BPAN, RPN IX juga menyepakati beberapa Langkah strategis terkait persiapan menuju Jamnas IV BPAN.

“Pengurus Nasional (PN) BPAN lewat Ketua Umum akan menyiapkan komposisi kepanitiaan Jambore Nasional IV BPAN. Kepanitian ini akan diputuskan pada Rakernas III BPAN nanti. Selain itu, PN BPAN akan melakukan konsolidasi regional sebagai langkah awal menuju Jambore Nasional IV BPAN”, ucap Jakob.

Pendidikan Adat, penyelenggaraan organisasi, peran Pemuda Adat Nusantara dalam ruang pengambilan keputusan Masyarakat Adat, dan penguatan kapasitas menjadi menjadi program-program penting lain yang dirumuskan dan disepakati dalam RPN IX.

Hasil RPN IX BPAN juga menyepakati pengangkatan Yuyun Kurniasih sebagai  bidang organisasi di struktur kerja Ketua Umum dan perpanjangan periode Pengurus Nasional kepada Sekjen AMAN.

Panen Buung di Batin Beringin Sakai

“Sudah 1 minggu masyarakat adat Batin Beringin Sakai dan pemuda-pemudi adat Batin Beringin Sakai panen padi Bang,” tutur Ismail Dolek. Ia begitu riang. Kegembiraannya meluap karena padi mereka sudah dipanen.

Ismail adalah ketua kelompok program kedaulatan pangan Masyarakat Adat Batin Beringin Sakai. Ia dan pemuda adat Sakai mulai menikmati hasil program kedaulatan pangan yang mereka mulai sejak 1 Agustus 2020.

Ismail Dolek

Menurut Ismail, program kedaulatan pangan ini bertujuan untuk menaikan ekonomi Masyarakat Adat Sakai. Selain itu, di masa pandemi ini, tanaman yang mereka tanam menjadi sumber vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuh.

Semangka yang ditanam sebagai bagian dari Kedaulatan Pangan Masyarakat Adat Sakai

Bulan Desember 2020, ia dan para pemuda-pemudi adat Sakai yang tergabung dalam kelompok kedaulatan pangan, melaksanakan panen terakhir buah semangka.

Kini, 2 bulan sejak panen semangka terakhir, padi yang ditanam pada bulan Oktober 2020, sudah dipanen. Sabtu, 6 Ferbuari 2021, tepat seminggu mereka bergotong royong memanen padi di wilayah adat Batin Beringin Sakai/Suluk Bongkal.

“Kami bergotong royong, bekerja. Di sini bergotong royong, namanya Besolak”, ucap Dolek.

Menurutnya, Besolak menjadi seperti jantung dalam program kedaulatan pangan Sakai. Ia menjadi motor yang menggerakkan kerja bersama Masyarakat Adat Batin Beringin Sakai.

Setiap hari, sebelum matahari naik tinggi, mereka sudah bekerja. Riang dan gembira menjadi suasana yang mereka rasakan setiap hari. Semua orang turut terlibat. Ketua Adat Batin Beringin Sakai, pemuda-pemuda adat, dan juga Masyarakat Adat Batin Beringin turut hadir.

Proses panen, diawali dengan ritual. Selanjutnya, mereka mulai mengayun sabit, hingga senja menjelang.

Menurut Ismail, padi yang mereka tanam merupakan padi lokal Sakai.

“Padi yang kami panen, dalam bahasa Sakai disebut padi Buung”, tambah Ismail.

Dalam panen padi kali ini, mereka mendapatkan sekitar 1000 kaleng padi dari lahan seluas 10 hektar. Padi yang dipanen, sebagian dikonsumsi oleh komunitas, sebagian dibagikan untuk anggota komunitas, dan sisanya dijual untuk modal tanam berikut.

Selain padi, Ismail dan para pemuda adat Sakai juga menanam jagung, cabe rawit, dan kacang tanah sebagai bagian dari program kedaulatan pangan.

Sekali lagi, Ismail dan pemuda adat Batin Beringin Sakai, Komunitas Adat Sakai, menujukan resiliensi Masyarakat Adat menghadapi pandemi covid-19.

Penulis: Kalfein Wuisan

Mengucap Janji Pemuda Adat di Sumbawa

“Pemuda adat harus bergabung dengan BPAN agar pemuda adat ini punya ruang khusus untuk bisa belajar, mengenali identitas diri dan semangat dan BPAN ini kan adalah kumpulan pemuda-pemudi adat yang punya rasa senasib dan sepenanggungan terhadap adat istiadat, budaya, dan wilayah adatnya,” ujar Supardi saat Pertemuan Daerah (Perda) Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Daerah Sumbawa.

Supardi adalah ketua pertama BPAN Daerah Sumbawa. Ia terpilih saat Perda I BPAN Daerah Sumbawa, pada 30-31 Januari 2021 di komunitas adat Bakalewang.

Perda BPAN Daerah Sumbawa diikuti oleh 20 orang pemuda-pemudi adat Sumbawa, para tetua adat, DePAN Region Bali-Nusra, dan PD AMAN Sumbawa. Turut hadir pula 5 orang perwakilan karang taruna dan 12 orang perwakilan sanggar seni.

Pembentukan Pengurus Daerah (PD) BPAN Sumbawa menjadi salah satu agenda penting rangkaian acara Perda. Selain itu, ada juga beberapa materi penting yang menjadi topik sesi diskusi. Materi pertama tentang Pemetaan Wilayah Adat yang disampaikan oleh Bung Aminuddin dari UKP3 PD AMAN Sumbawa. Materi kedua terkait Perkenalan BPAN yang disampaikan oleh Bung Lalu Kesumajayadi selaku DePAN Redion Bali-Nusra. Materi ketiga tentang AMAN yang dituturkan oleh Awaluddin, OKK PB AMAN.

Usai sesi diskusi, Perda dilanjutkan dengan musyawarah pembentukan Pengurus Daerah BPAN Sumbawa. Di sesi ini juga diputuskan kepengurusan BPAN Daerah Sumbawa yang pertama. Hasil musyawarah para generasi muda adat Sumbawa memutuskan Supardi sebagai Ketua, Ahmadi sebagai Sekretaris, dan Syamsuddin sebagai Bendahara.

“Beberapa pesan yang disampaikan oleh tetua adat yang hadir. Pertama, semoga dengan terbentuknya pengurus PD BPAN Sumbawa ini sebagai generasi adat untuk mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal, menguatkan identitas serta menjadi benteng dalam mengelola dan mempertahankan wilayah adat. Kedua, pemuda harus lebih peduli terhadap adat istiadat dan budaya. Ketiga, pemuda adat harus bisa mandiri secara ekonomi,” tutur Supriadi mengeja ulang pesan yang disampaikan para tetua adat.

Ditambahkannya pula bahwa BPAN harus dideklarasikan di semua daerah di nusantara, sehingga para pemuda-pemudi adat punya ruang untuk mengorganisir diri dan memperjuangkan hak-haknya sebagai generasi penerus Masyarakat Adat.

“Untuk lebih mudah dalam mengorganisir diri sebagai pemuda adat, sehingga dengan banyaknya pengurus di daerah akan lebih mudah dan tangguh bagi kita memperjuangkan apa yang menjadi hak kita sebagai Masyarakat Adat,” tegas Supardi.

Ia dan kepengurusan PD BPAN Sumbawa yang baru, dikukuhkan menjadi bagian dari BPAN dengan mengucapkan Janji Pemuda Adat. Acara pengukuhan dipandu oleh DePAN Region Balinusra, Lalu Kesumajayadi. Atas restu Sang Pencipta dan leluhur Masyarakat Adat, PD BPAN Sumbawa resmi menjadi bagian perjuangan Masyarakat Adat nusantara. BPAN menancap dan mengakar di Sumbawa.

Penulis: Kalfein Wuisan

KONTAK KAMI

Sekretariat Jln. Sempur 58, Bogor
bpan@aman.or.id
en_USEnglish