Pohon
Pohon-pohon besar
Daun-daun masih hijau
Air mengalir
Suara burung berkicau-kicau
Itulah alamku
Lestari
Dan tetap terjaga
Angin bersepoi-sepoi
~Maslah
Pohon-pohon besar
Daun-daun masih hijau
Air mengalir
Suara burung berkicau-kicau
Itulah alamku
Lestari
Dan tetap terjaga
Angin bersepoi-sepoi
~Maslah
Mentari pagi menyinari hari
Pertanda kehidupan telah dimulai
Burung-burung terus bernyanyi
Diiringi dengan langkah kaki
Baju lusuh yang terpasang di badan
Tetap dipasang untuk membalut diri
Menuju kehidupan yang damai
Yaitu hutan yang permai
Tapi itu dulu…!
Waktu hutanku masih ada
Tapi itu dulu
Waktu aku masih kuat
Tapi itu dulu…!
Waktu kami masih bersama
Kini mentari enggan menampakkan sinar
Kini burung tak mau lagi bernyanyi
Kini semua harapan telah pergi
Dibawa perusahaan HTI…
~Muhamad Napis
Oh sungaiku..
‘Ku sangat bangga dengan kejernihanmu…
Darimu aku mendapatkan kehidupan
Kamu adalah sumber kehidupanku
Tetaplah jernih supaya aku dapat
Memperoleh kehidupan yang makmur
Oh sungaiku, kamu adalah sumber kehidupan di desaku
~Selvia Lenta
Gemah Ripah Loh Jinawi
Kata mereka untuk Ibu Pertiwi
Lihatlah Sumatera
Di sana banyak mantra
Matra kesejahteraan, mantra perkebunan
Lihatlah Kalimantan
Di sana banyak santan
Santan kelapa sawit, bubur batubara
Lihatlah Papua
Di sana banyak emas
Emas berkilauan, emas permasalahan
Gemah ripah loh jinawi
Demikian mereka sebut untuk menyakiti Ibu Pertiwi
~Jakob Siringoringo
Hidupku ini merasa kehilangan
Hidupku ini merasa tertindas
Hidupku ini merasa disingkirkan
Dulu hidupku kaya
Dulu hidupku indah
Sekarang semuanya hilang
Di mana aku harus mencari
Kepada siapa aku harus berteduh
Semua yang aku punya sudah musnah
Kini hidupku sedih
Kini hidupku sengsara
Terasa tak ada gunanya
Aku hidup di dunia ini
~Hildagardis Urni
Memandang keindahanmu setiap saat
Memberikan kedamaian dalam jiwa
Menyejukkan hati yang gersang
Tak pernah terbayang jika aku
Akan kehilanganmu
Tak pernah aku ingin meninggalkanmu
Tahun-tahun berlalu kita masih bersama
Engkau terus menguatkanku
Dengan keindahan yang kau miliki
Engkau memberikan kehidupan
Yang selalu aku butuhkan
Namun kini hatiku begitu sulit
Begitu terluka dan kecewa
Melihatmu telah hilang diambil
Orang-orang yang tamak
Oh…. hutanku kehilangan akan
Dirimu kembali menguatkanku
Untuk merebutmu kembali ke pangkuanku
Takkan rela aku jika engkau menangis
Karena ulah mereka
Hutanku kaulah kekuatanku
~Katharina Megawati
Payah kita menanam padi
Nenas juga ditanam orang
Payah kita menanam budi
Cemas juga dipandang orang
~Jidro Utan
Jika mengabulkan permintaan untuk mati
Adalah pekerjaan mudah bagi Tuhan
Mungkin tak kan ada
Manusia hidup bergandeng beban…!!!
~Zulvan Setiawan
Sui Utik, 19082016
Dulu aku masih utuh
Hijau dan dapat membantu
Memberi semangat
Memberi semuanya
Kesejukan
Alunan kicau burung masih menghibur
Kini aku dirusak
Badanku terasa sakit-sakit
Semuanya telah hilang
Apa yang harus kuberi
Tolong-tolong selamatkan aku dari bahaya ini
~Samsudin
Hutanku saat ini gundul
Airku saat ini keruh
Rumahku tak lagi sejuk
Sekelilingku menjadi perkebunan mereka
Mereka, ya mereka
Mereka yang datang memberi impian di tahan adatku
Mereka yang datang menawarkan perubahan ini untuk masyarakatku
Entahlah! Entahlah!
Saat itu saja harapan besar dari masyarakat adatku untuk mereka
Saat itu terasa sakit saat hutanku dihancurkan oleh mereka
Tapi sakit itu ditelan dalam-dalam berharap ada penghiburan layak setelahnya?
Waktu cepat berlalu
Saat itu kurasakan penyesalan
Menyesal membiarkan mereka di antara tanah adatku
Semua harapan hilang
Kami menjadi buruh di tanah sendiri
Kelaparan di tanah ayah sendiri
Kesakitan di tanah leluhur ini
Hmm… hanya penyesalan
Tapi larut dalam penyesalan tak mengubah sekelilingku
Aku harus berjuang mempertahankan hutanku yang tersisa
Merapatkan barisan menyatukan keberanian
Bersama masyarakat adatku walau kematian menjadi taruhan
~Zaimaturrohimah
© Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN)