Tolak Perusahaan Karet, AMAN dan BPAN Barito Utara Akan Melakukan Aksi

Aman.bpan.or.id –Puluhan anggota dari Pengurus Daerah (PD) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Barito Utara Muara Taweh melakukan audiensi dengan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten Barito Utara Muara Taweh. Mereka melaporkan terkait kondisi perusahaan Mitra Persada Gemilang (MPG) Gentra Megah di Karamuan  yang menggangu masyarakat adat terutama dalam penyerapan sarana air bersih.

Ketua Pengurus Daerah (PD) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Barito Utara Muara Taweh Putes Lekas mengatakan bahwa pihaknya sangat kecewa karena adanya ketidak adilan yang dialami oleh masyarakat adat tinggal di lokasi wilayah pengahon perkebunan Karet . Menurutnya perkebunan Karet yang ada di wilayahnya lebih banyak mudaratnya dibandingkan dengan kesejahtraan masyarakat yang ada di sekitar perkebunan.

Baca juga : 

“Saya kecewa, selama berdirinya perkebunan Karett, warga di sini sangat kesulitan untuk mengakses sarana air bersih, kalau bisa perijinan perusahaan itu ditinjau, karena tidak memberikan dampak yag positif bagi masyarakat adat,”terang Putes, pada saat audiensi di Kantor DPRD Kabupaten Barito Utara, Selasa (18/18) .

Sementara itu, Ketua Pengurus Daerah (PD) Barisan Pemuda Adata Nusantara (BPAN) Barito Utara Muara Taweh, Doris Silvanus mengatakan bahwa pihaknya akan mengkaji ulang keberadaan Perusahaan Sait yang ada di daerahnya, menurutnya memang selama ini perusahaan sawit merusak kebelangsungan ekosistem, terutama menggangu penyerapan sarana air bersih. 

“Kita akan diskusikan dan berikan pemahaman dengan kawan-kawan BPAN, kalau seandainya tidak ada tanggapan, kita akan melakukan konsolidasi dan melakukan aksi menolak beririnya perusahaan Karet.”tutup Doris. 

 

Penulis : Dedi Kiswanto 

Pesan Sekjen AMAN di RPB, Kaderisasi Anggota di AMAN Tertolong Oleh Organisasi Sayap

Aman.bpan.or.id JAKARTA – Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Dewan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (DAMANAS) serta organisasi sayap Perkupulan Perempuan Masyarakat Aadat Nusantara (PEREMPUAN AMAN), Barisan Pemuda Adat Nusanatara (BPAN) dan Perhimpunan Pengacara Masyarakat Adat Nusantara (PPMAN) mengadakan Rapat Pengurus Besar ke XXII. Acara tersebut berlangsung selama dua hari, yaitu Selasa sampai dengan Rabu 19 2018  bertempat di Jalan Cut Mutia Hotel SOpiyan Menteng Jakarta Pusat,

Kegiatan tersebut dibuka dengan menyanyikan hime AMAN yang diikuti oleh seluruh peserta yang hadir dan dilanjutkan oleh pemaparan organisasi oleh Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dengan dipimpin langsung oleh Ketua DAMANAS Hein Nametomo.

Dalam pembukaannya Hein Nometomo menyampaikan bahwa fungsi Dewan AMAN untuk memonitoring implementasi kegiatan pengurus harian AMAN, ia juga menjelaskan tentang bagai mana DAMANAS itu bekerja dalam membangun komunikasi peregion. 

Baca juga : 

Selanjutnya Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi menyampaikan tentang laporan penyelenggaraan organisasi dan program AMAN selama periode Juni-Desember 2018. Hal itu sudah disepakati pada saat RPB di Papua,

Rukka Sombolingi menyampaikan perjalanan organisasi AMAN selama enam bulan, dia memaparkan perkembangan kegiatan AMAN pedivisi, mulai dari bagian keorganisasian, urusan politik, ekonomi dan kebudayaan, menurut Rukka  hal itu perlu disampaikan karena Dewan AMAN harus mengetahui perjalanan organisasi selama ini. 

Rukka juga menyampaikan perkembangan organisasi sayap yaitu Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN), Perempuan AMAN, menurut Rukka BPAN sekarang aktifitasnya sudah mulai berjalan, setelah Jambore ketiga di Kalimantan Timur, memang agak tersendat aktifitasnya karena ada masa transisi yang mereka harus dilakukan dan kita sudah memembantu untuk memfasilitasi proses transisi dari pengurus yang baru dan yang sebelumnya.

“Ada proses transisi yang harus mereka lakukan sehingga dalam beberapa bulan kemarin belum berjalan maksimal, tapi sekarang sudah bisa beraktifitas dan berjalan lancar, bahkan dalam beberapa bulan ke depan akan melakukan rapat kerja nasional,”terang Rukka.

Dikatakan Rukka bahwa untuk Perekmbangan di Perempuan AMAN kemajuan dan perkembangan kaderisasinya semakin maju, mulai dari perekrutkan anggota dan beberapa caleg perempuan juga banyak.

” Dari jumlah total jiwa dalam keanggotaan AMAN sekitar 17 juta. Kader yang kita punya sekarang adalah 2.353 orang dan sebagian besar berasal dari Pempuan AMAN. Jadi AMAN tertolong oleh organisasi sayap.” tegas Rukka Sombolinggi.

Selain melakukan evaluasi berkala atas penyelengaraan organisasi dan pelaksanaan program-program kerja AMAN serta perbaikan-perbaikan yang diperlukan, pada saat kegiatan RPB itu, AMAN juga akan membahas pernyataan sikap organisasi dan mengesahkan atau membatalkan keanggotaan yang tergabung dengan AMAN.

 

Penulis : Mahyudin 

 

Persiapkan Jambore keempat, BPAN Sembalun Lakukan Deklarasi Pengurus Baru

Aman.bpan.or.id LOMBOK – Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Daerah Sembalun mengkonsolidasikan anggotanya dengan melakukan Pertemuan Daerah (Perda), acara tersebut berlangsung di Balai Sembalun (17/12/2018) beberapa hari lalu. Kegiatan deklarasi tersebut bertujuan untuk memperkuat organisasi BPAN yang ada di Lombok dalam mempersiapkan Jambore keempat di Lombok.

Acara Peretmuan Daerah tersebut dihadiri sekitar 25 orang lebih Anggota Pemuda-pemuda berumur 17-35 tahun yang berasal dari komunitas-komunitas masyarakat adat di daerah sembalun. Acara yang berlangsung selama dua hari itu dihadiri langsung oleh Dewan Pemuda Adat Region Bali Nusa Tenggara (DePAN Reg. Bali Nusra), Lalu Kesumajayadi.

Selain itu, turut dihadiri oleh Ketua Wilayah Barisan Pemuda Adat Lombok , Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) AMAN Daerah Sembalun, Dewan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Nusa Tenggara Barat (DAMANWIL NTB) dan dari Perhimpunan Pengacara Masyarakat Adat Nusantara (PPMAN).

Baca juga :

Dalam sambutannya Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Daerah Sembalun, Darwate Muhammad mengatakan bahwa untuk memperkuat gerakan-gerakan masyarakat adat, harus dibangun kesadaran sejak dini terlebih dikalangan pemuda adat. “Anak muda itu harus di depan penerus perjuangan masyarakat adat”terang Darwate.

Menurut Darwate Deklarasi pengurus BPAN di Daerah Sembalun ini, merupakan bagian dari memperluas gerakan masyarakat adat khususnya anak muda sesuai hasil dari Jambore Nasional yang terjadi di Kalimantan Timur. “Deklarasi ini, sebagai perluasan organisasi sayap AMAN dengan melibatkan pasrtisipasi anak muda,”tegas Darwante.

Sementara itu, Ketua Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Wilayah Lombok Toni Syamsul Hidayat mengatakan bahwa deklarasi ini sebagai bentuk persiapan dalam menuju Jambore Nasional keempat, dimana Lombok dimandatkan untuk menjadi tuan rumah pada Jambore keempat sesuai keputusan yang ditetapkan di Kampung Muser.

“Ini merupakan bentuk perluasan anggota BPAN, karena kami  di Lombok dimandatkan untuk menjadi tuan rumah Jambore keempat sesuai keputusan di Muser pada Jambore ketiga April lalu,”tegas Toni.

Dalam deklarasi itu, terpilih lah Junaidi atau yang biasa dipanggil Jun, banyak sekali rekomendasi-rekomendasi yang disampaikan peserta pada saat pertemuan daerah BPAN Sembalun, terutama dalam hal penguatan organisasi.

Penulis : Lalu Kusumayadi Dewan Pemuda Adat Nusantara (Depan) Region Bali Nusa

BPAN Kalbar Menghadiri Acara Temenggung International Conference di Kabupaten Sintang”

Aman.bpan.or.id – Anggota dari Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN Wilayah Kalimantan Barat Franciskus Xaverius Govin dan Yupenalis Ayub di kediaman Rumah Dinas Wakil Bupati Kabupaten Sintang Temenggung, atau sebutan lain untuk di daerah atau binua lain, adalah seorang fungsionaris yang menegakkan hukum adat Dayak. Sebagai seorang temenggung, dia menegakkan hukum adat dengan cara menimbang dan memutuskan hukum adat dan sanksi adat dengan sepatut-patutnya, seadil-adilnya dan dengan seimbang-imbangnya.

Dengan demikian, temenggung adalah penegak hukum adat dan pemutus sanksi atas hukum adat. Temenggung bekerja di wilayah atau binua hukum masyarakat adat. Kalau temenggung dianggap masih ada, maka masyarakat adat masih ada. Atau sebaliknya, jika masyarakat adat masih ada, maka temenggung dengan sendirinya pun masih ada.

Franciskus Xaverius Govin, Salah satu Pengurus dari Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Kalimantan Barat. Turut Menghadiri undangan “Temenggung International Conference” yang di selenggarakan pada 28-30 November 2018 di Kabupaten Sintang.

“Saya merupakan salah satu dari sekian banyak Pemuda atau calon generasi penerus, dan merasa kita sebagai pemuda wajib tau dan mendalami cerita sejarah Adat Isitiadat, Budaya kita, seperti “Temenggung” ini. Mungkin banyak anak muda saat ini yang tidak mengetahui apa itu Temenggung, apa fungsi Temenggung.” ujarnya…

Konferensi Temenggung ini diselenggarakan sebagai satu dari sekian banyak upaya untuk mengangkat ke permukaan keberadaan temenggung kepada khalayak ramai, terutama
kepada masyarakat adat Dayak. Melalui Konferensi ini, keberadaan temenggung
diharapkan semakin dikenal, diketahui, dihormati dan dihargai.

Selain itu, melalui Konferensi ini juga diharapkan dapat dibentuk satu organisasi temenggung bertaraf internasional atau bertaraf Kalimantan dan Borneo. Organisasi ini kelak bisa menjadi
wadah untuk berkomunikasi di antara sesama temenggung untuk memperkaya dan mempertajam strategi dan pemurnian penengakkan hukum adat Dayak.

Keberadaan organisasi yang akan dibentuk melalui Konferensi ini diharapkan dapat berjalan beriringan dengan organisasi atau lembaga Dayak yang lain, sebagai mitra yang saling
melengkapi, bukan sebagai pesaing. Lembaga atau organisasi yang akan dibentuk melalui konferensi ini, kelak akan bertugas menegakkan hukum adat Dayak yang menunjukkan suatu keteraturan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui
lembaga tersebut, hukum adat Dayak akan terus dijaga, dilestarikan, diaktualisasikan dan dipertahankan.

Yupenalis Ayub yang juga pengurus dari Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Kalimantan Barat ikut hadir dalam acara tersebut sangat mengapresiasi kegiatan ini.

“Saya secara pribadi berterimakasih pada para Tokoh-Tokoh Dayak, saya merasa ini sangat bermanfaat bagi kami sebagai kaum muda Dayak, guna mengasah dan memperdalam pemahaman Pemuda Dayak salah satunya mengenai keberadaan asal usul “Temenggung” ditengah Perkembangan Jaman yang begitu cepat.” Pangkasnya

Franciskus Xaverius Govin dan Yupenalis Ayub, yang menghadiri Kegiatan tersebut mewakili Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Kalimantan Barat, mengucapkan banyak sekali Terima Kasih kepada para Panitia, Tokoh-Tokoh Dayak, dan semua yang terlibat dalam acara ini termasuk para tamu Sedarah Dayak dari Negeri tetangga seperti Sabah, Sarawak, Brunei, Philipina, Taiwan

Mereka juga sangat berharap dan menghimbau agar para Pemuda saat ini dapat bersatu-padu, jangan cuek/apatis dalam menjaga, melindungi, melestarikan adat istiadat, budaya, sesuai dengan kearifan lokal di binua/wilayah nya masing-masing, karna itu titipan Leluhur, mari kita mempertahankan titipan leluhur itu bersama-sama guna Keberlangsungan Hidup kita bersama.

Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Kalimantan Barat merupakan salah satu Organisasi Sayap Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang bersifat otonom.

Penulis : Sekum BPAN Kalbar

BPAN Kalbar Bangun Kesadaran Anak Muda Lewat Solidaritas

Bpan.aman.or.id – Aksi solidaritas Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Kalimantan Barat untuk bayi bernama “Brigita Salita Deta”, Jumat (1/12) sekira pukul 20.00 WITA. Bayi dari pasangan Yohanes Toni dan Agusta Paulani itu mengalami penyakit Atresia Bilier kelainan dari lahir tertutupnya saluran empedu, karena keterbatasan ekonomi brigita harus menunda operasinya.

Kordinator aksi Mathias mengatakan bahwa aksi solidaritas ini dilakukan karena kami sadar bahwa itu merupakan kegiatan kemanusiaan. “Aksi sosial ini kami lakukan dalam rangka membangun kesadaran anak muda agar ikut bersolidaritas dan meningkatkan rasa kepedulian pemuda terhadap sesama.”terangnya.

Menurut Mathias kondisi sekarang ini kesadaran anak muda dalam melibatkan dirinya pada kegiatan sosial masih jarang bahkan apatis terhadap lingkungan disekelilingnya, budaya solidaritas suatu sikap yang harus dimiliki oleh seluruh anak muda  agar mempunyai kepedulian terhadap orang lain atau kelompok. 

“Saya mengajak anak muda BPAN di Kalimantan Barat untuk aktif dalam melakukan aksi-aksi sosial,”tutupnya.

Anak Muda Harus Aktif Jaga Tradisi Budaya Lokal

Bpan.amanor.id PONTIANAK – Sebagai generasi yang memiliki integritas anak muda harus berperan besar dalam kemajuan di republik ini. Pemuda seharusnya  tidak apatis terhadap perkembangan yang terjadi saat ini. Salah satuya ialah dengan kemajuan teknologi yang berkembang pesat.

Kemajuan teknologi menuntut kita untuk bisa menyesuaikan dan mempersiapkan diri dalam perjalanan ke depan, karena nantinya anak muda akan dihadapkan dengan berbagai persoalan, persoalan itu bisa positif maupun persoalan negatif.

Kesadaran dalam kegiatan gotong royong dari jaman dulu yang selalu diajarkan oleh orang tua harus kita pertahankan, tidak hanya itu, sikap saling menghargai sesama manusia harus tetap kita jaga. Kurangnya rasa keperdulian itu bisa memperburuk negara. Seperti contoh sikap yang apatis, egois, kurangnya sopan santun dan lainya.

Sebagai Generasi penerus, marilah kita membuka mata, dan saling bergandengan tangan, bersatu-padu bersama membantu pemerintah dalam menjaga dan melestarikan budaya, adat istiadat.

 

Penulis : Govin Anggota Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Wilayah Kalimantan Barat

Jaga Keberlangsungan Hidup, Warga di Lima Desa, Kecamatan Wasile Selatan Tolak Sawit

Bpan.aman.or.id MALUKU- Ekspansi perkebunan sawit terus berlangsung masif. Setelah Gane dan Banemo, kali ini, tanaman rakus air ini akan masuk di ke Kecamatan Wasile Selatan, Halmahera Timur, Maluku Utara. Wilayah yang menjadi sasaran adalah tanah yang dimiliki masyarakat adat jauh sebelum Indonesia merdeka. PT. Dede Gandasuling (DGS), yang berafiliasi dengan PT Api Metra Palma (Medco Group), salah satu perusahan perkebunan sawit terbesar di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung Bupati Halmahera Timur menerbitkan izin lokasi seluas 19.808 hektar sebagaimana surat Nomor: 188.45/147/525.26/2007.

Badan Pertanahan Nasional (BPN) pun telah menerbitkan Hak Guna Usaha (HGU), untuk tahap pertama dengan luas 7.797 hektar. Sementara 2.500 hektar dari luas HGU tersebut menjadi target pertama pada 2018 dan masuk dalam perencanaan land clearing.di Lima Desa, kelima Desa tersebut yaitu, Desa Tanure, Yawal, Waijoi, dan Desa Jikomoi. Ada ribuan penduduk yang hidup di wilayah tersebut nantinya akan terancam kehilangan tanah dan hutan karena tidak bisa dikelola lagi oleh mereka.

Perusahan itu baru diketahui ketika masyarakat akan mengurus sertifikat tanah perkebunan di BPN. Petugas dari BPN menjelaskan bahwa sertifikat tersebut tidak bisa diterbitkan karena tumpang tindih dengan HGU perusahan. Hal itu mendapat respon beragam dari masyarakat yang ada di Lima Desa. Mereka merasa tidak dihormati oleh pemerintah daerah dan perusahan. Menurut warga, selama ini tidak pernah dilakukan sosialisasi secara menyeluruh kepada masyarakat terhadap rencana masuknya perusahan.

Beberapa hari selanjutnya, masyarakat adat di Lima Desa melakukan konsolidasi dengan aksi turun ke jalan. Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes mereka karena berdirinya perkebunan sawit. Beberapa pekerja di perusahan yang ada di lokasi keluar dari Wasile. Sementara alat-alat berat yang akan dipergunakan untuk land clearing ditahan oleh warga.

Koordinator Front Masyarakat Wasile Menggugat, jens Komo-komo dalam orasinya mengatakan bahwa berdirinya perusahaan hanya akan membawa kesengsaraan bagi warga karena lahan tanah milik warga susah untuk menyerap air,”ini kejahatan yang sistematis dilakukan oleh perusahaan, kita harus tetap mempertahankan wiayah kita akan tidak rusak dan dikuasai oleh perusahaan,”ajaknya.

Sementara itu, tokoh adat Loleba, Dominggus Kariang (59) sangat menyanyangkan terhadap sikap kepala desa yang sewenang-wenang memanfaatkan kekuasaanya untuk mendukung perkebunan sawit.“Kalau saya hitung, hanya sekitar 10 kepala keluarga yang ikut terima kelapa sawit, itupun karena mereka keluarga dekat Kades dan mengaku pernah kerja di perkebunan sawit,”tegasnya.

Dominggus menyampaikan, masyarakat Wasile ini sudah lama mengolah tanaman kelapa, pala dan cengkeh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, “Hasil kebun ini kami gunakan untuk menyekolahkan anak sampai ke jenjang yang lebih tinggi, maupun membangun rumah.”tuturnya.

Dominggus sangat takut kalau semua yang masyarakat miliki digantikan dengan kelapa sawit. Menurutnya, tanaman tersebut tidak menjamin keberlangsungan hidup bagi masyarakat dan anak cucu kedepan. Kata Dominggus, kalau tanaman kelapa diganti dengan sawit, di tengah jangka waktu penanam ke panen, warga tidak mempunyai pekerjaan. “kami menolak karena demi anak cucu jangan sampai mereka susah”terangnya.

Wasile Selatan sendiri dikenal sebagai salah satu penghasil ikan teri, kelapa dalam, tanaman pala dan cengkeh. Selain bekerja di sektor perkebunan, warga juga sering kali mencari ikan tangkap dengan menggunakan perahu “bagan” untuk menangkap ikan teri dan cumi. Produksi ikan teri di wilayah tersebut cukup tinggi mencapai 1,4 ton per 14 hari kerja, (Sumber: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, Nov. 2017)

Sedangkan untuk pengeringan dilakukan oleh kelompok perempuan. Setiap pagi kaum perempuan ini berdatangan untuk menjemur ikan teri dan cumi hasil tangkapan suami mereka. “Ini kebiasaan yang setiap pagi dilakukan perempuan,” kata beberapa perempuan yang ditemui pada saat sedang menjemur ikan teri.

Pantauan penuis di lokasi bahwa hampir semua masyarakat yang ada di desa memiliki profesi sebagai petani kebun dan nelayan tangkap. Biasanya kalau sudah habis panen kelapa, mereka akan berganti profesi sebagai nelayan. Rotasi pekerjaan ini dilakukan untuk menjaga supaya mereka tetap memiliki pendapatan ekonomi. Daerah ini juga dikenal penghasil padi, data Pemkab Haltim 2018 menyebut 756 ton padi setiap tahun di produksi di wilayah ini, belum lagi 70 ton jagung, 119 ton ubi kayu (singkong), 1.180 ton kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai dan kacang hijau), 14,83 ton bawang merah, serta sayur-sayuran palawija serta buah-buahan.

Menanggapi hal itu, Kepala Desa Loleba, Amos Werimon mengatakan bahwa berdirinya perusahaan bisa mengurangi pengangguran dan menurunkan angka kriminalitas yang terjadi di kampung. Menurut Kepala Desa bahwa jangan sampai dengan aksi dari masyarakat ini bisa merugikan pihak perusahaan dan mereka bisa saja menuntut secara hukum kepada masyarakat karena dipaksakan cabut dari wilayah ini.

“Saya terima perusahan ini supaya mensejahterakan masyarakat di kampung ini” kata beliau pada saat tim AMAN menemui di lapangan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Desa Yawal, Ferdinand bahwa sawit tidak punya dampak buruk terhadap lingkungan. Justru sawit lebih bagus dari kelapa dalam. “Saya dukung karena ada 20 persen lahan sawit di miliki masyarakat.bisa sejahterakan masyarakat”ucapnya.

Pandangan yang berbeda justru datang dari kepala desa Tenure, Jikomoi dan Waijoi, mereka bersama-sama sepakat menolak kehadiran perusahan sawit ini karena keberadaannya mengancam hidup masyarakat. “Coba bayangkan HGU perusahan sampai di kebun dan kampung. Bagaimana kami mau berkebun dan bikin perluasan kampung, jika areal ini sudah jadi milik pihak lain” ungkap kades Tanure Apner Pulu.

Dirinya sangat menyesalkan PT. DGS yang tidak pernah melakukan sosialisasi dan konsultasi dengan masyarakat. Dia berharap kepada Pemerintah segera mengambil langkah-langkah solutif. Pemerintah terkesan melakukan pembiaraan terhadap masalah serius yang dihadapi oleh masyarakat Wasile Selatan.

“Pada prinsipnya, kami tetap menolak perkebunan sawit PT. DGS dan minta pemerintah memberi perhatian terhadap hasil perkebunan kami.”ujarnya.

Senada dengan itu kades Jikomoi, Septon Djojon pun mengatakan, pada tahun 2013, pernah ada dua kali sosilalisasi terkait masalah rencana perkebunan sawit oleh Medco Agro (Group perusahaan Sawit yang didalamnya juga terdapat PT. DGS ), namun masyarakat tetap bersih keras menolak. Sejauh ini, kata dia, PT. DGS belum pernah melakukan soslialisasi secara langsung kepada masyarakat. Bagi dia, apa yang dilakukan oleh PT. DGS adalah perampasan lahan serta menganggap remeh masyarakat yang punya kebun di wilayah tersebut. “Pemerintah secepatnya mencabut Izin HGU yang telah mencakup wilayah masyarakat tersebut, Jangan sampai ini menjadi konflik berkepanjangan” tegasnya.

Dari penelusuran yang dilakukan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), perusahan itu selain melakukan kegiatan perkebunan sawit, juga memperoleh izin pemanfaatan kayu (IPK) yang dikeluarkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015. Perusahan ini juga pernah bekerjasama dengan CV. Bangkit Jaya Bersama untuk melakukan penebangan kayu diatas lahan konsesi kurang lebih 1.000 hektar milik PT DGS. Progress IPK ini pun dilaporkan setiap tahun. Dalam banyak kasus perkebunan sawit, kebanyakan HGU menjadi alat untuk pengambilan kayu di wilayah tersebut.

Sampai saat ini, kondisi lapangan tidak stabil, masyarakat terus berjaga-jaga di pesisir pantai untuk menghadang pembongkaran alat berat perusahan PT DGS. Penjagaan ini dilakukan secara bergiliran di Lima Desa yang menolak. Keterangan dari warga, alat-alat perusahan terpaksa di daratkan kecamatan Wasile, di Base Camp salah satu perusahaan tambang.

Penulis : Hamdan Anggota dai Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN)) Wilayah Maluk

BPAN Sulteng Bangun Komitmen Kawal Bencana Gempa dan Tsunami

Bpan.aman.or.id Sulawesi Tengah – Puluhan anak muda yang tergabung dari Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Wilayah Sulteng berkumpul di Caffe Kemang, menyatakan sikap siap kawal bencana di Palu dan Donggala, Jumat (21/11) di Caffe Kemang Palu.

Dalam pertemuan tersebut, para anak muda melakukan kegiatan diskusi melingkar terkait kondisi gempa yang terjadi di Sulawesi Tengah. Mereka juga menyepakati akan ikut mengawal tentang posko yang sudah didirikan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) selama sebulan kemarin.

Dewan Pemuda Adat Nusantara (DePAN) Sulawesi Joko Sunarto mengatakan bahwa anak muda yang hadiri pada malam ini, kita bangun kesepahaman tentang keterlibatan anak muda dalam mengawal bencana di Sulawesi Tengah. “Anak muda harus aktif, apa lagi ini terjadi di beberapa komunitas yang terganung dengan AMAN. Saya akan konsolidasikan ini, sekalian ajang membentuk pengurus BPAN Wilayah Sulteng,”tutup Joko.

Penulis : Nanang

Editor : Sisi

Tim Tanggap Darurat Kirim Logistik ke Tiga Kabupaten di Sulteng

Bpan.aman.or.id PALU – Puluhan Relawan Tim Tanggap Darurat dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN), Perempuan AMAN, Minggu (4/11) akan mendistribusikan logistik berupa Beras, gula, Minyak Goreng dan Garam ke Tiga Kabupaten di Sulawesi Tengah. Tiga Kabupaten tersebut diantaranya, Kabupaten Sigi, Parimo dan Kabupaten Donggala.

Ketua Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Wilayah Sulawesi Tengah, Samsudin mengatkan bahwa pendistribusian kali ini akan difocuskan ditiga Kabupaten yang terkena dampak gempa dan tsunami. Menurut Samsudin ketiga Kabupaten itu, diantaranya, Kabupaten Sigi, Parimo dan Kabupaten Donggala.

” Hari ini kita distribusikan kebutuhan dasar sehari-hari dulu, seperti beras, Gula, Minyak dan Garam,”tegas Samsudin.

Samsudin mengatakan bahwa dalam pengiriman tim tanggap darurat ini dibagi empat tim tanggap darurat, tim satu ke Sibalayang, Kamalisi, Parimo dan ke Sulawi. Kata Samsudin, ada sekitar 70 komunitas yang hari ini akan kita datangi dan berikan bantuan sesuai kebutuhan yang mendesak.

“Kita distribusikan logistik sekalian mendata apa saja yang dibutuhkan komunitas adat. Pendataan ini penting agar bisa mengetahui kondisi warganya. Sehingga tidak ada yang kelaparan atau sakit. Intinya kita pastikan bahwa basis masyarakat adat yang tergabung dengan AMAN kondisinya baik-baik saja.”tutup Samsudin.

Penulis : Sisi Boka

Camat Sausu Apresiasi Gerakan AMAN dan BPAN Bantu Korban Bencana di Parimo

Bpan.aman.or.id PARIMO – Tim tanggap darurat dan evakuasi dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menyerahkan logistik sembako di Dusun Satu Sausu Piore, Desa Sausu, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parimo, Minggu (4/11), penyerahan tersebut dihadiri langsung oleh Camat Sausu dan Pemuda Adat.

Pantauan Tim Tanggap Darurat, Senin (5/11) sejumlah warga sedang membetulkan rumahnya yang terkena dampak gempa di Sulawesi Tengah. Selain itu, sebagian warga juga sedang mencari air ke sungai untuk dimasak.

Kepala Dusun Satu Sausu Abdul Khadir mengatakan bahwa saat ini belum ada bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah atau pun pusat, menurut Khadir di Dusun Satu Sausu ada sekitar lima rumah yang mengalami retak-retak.

“Untuk saat ini, kita sangat kelulitan air bersih, karena dampak dari gempa air menjadi keruh,”ucap Khadir.

Sementara itu, Camat Sausu Lahaba sangat mengapresiasi bantuan sembako (beras, gula, garam, minyak goreng) yang diberikan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan organisasi sayap. Menurut Lahaba tim dari AMAN yang turun ke lokasi korban bencana bisa mengurangi beban warganya dan AMAN bisa memberikan contoh yang baik untuk ormas lain dan pemerintah dalam merespon bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.

.”Saya apresiasi respon dan tindakan yang dilakukan AMAN maupun BPAN. Bantuan ini, tentu sangat membantu korban bencana, semoga dengan pedataan yang dilakukan AMAN dalam merespon gempa dan tsunami ini bisa meringankan korban yang terkena dampak gempa.”terang Lahaba.

Dikatakan Lahaba, dirinya juga telah mendata dan melakukan pengajukan bantuan ke pemerintah daerah. Tujuanya agar warga bisa mendapatkan pelayanan yang baik terutama air bersih dan kebutuhan pokok lainya.

“Kalau untuk rumah di Dusun Satu Sausu ada lima rumah yang rusak, kita sudah data itu dan coba ajukan. Saya berharap AMAN bisa terus konsisten berjuang digerakan sosial untuk masyarakat,”harapnya.

Penulis : Samsudin Pakis

KONTAK KAMI

Sekretariat Jln. Sempur 58, Bogor
bpan@aman.or.id
en_USEnglish