Bagaimana Pemuda Adat Inhu Menangkal Ancaman Krisis Pangan
bpan.aman.or.id – Supriadi Tongka kerap kali memposting foto-foto aktivitas sehari-harinya ke Facebook. Pernah ia memposting foto-foto lagi memanen padi, menanam benih kacang sampai yang terbaru pisang.
Beberapa waktu lalu, ia juga menjadi salah satu pemantik dalam Webinar bertajuk Tetap Panen Dimasa Sulit di Wilayah Adat yang diselenggarakan Pengurus Nasional BPAN. Bersama Beldis Salestina, Jhontoni Tarihoran, Modesta Wisa dan Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi, ia berbagi cerita tentang gerakan pulang kampung. Salah satu konteks konkret dibahas yaitu berkaitan dengan pangan terutama dimasa COVID-19.
Barisan Pemuda Adat Nusantara Daerah Indragiri Hulu, Riau, di mana Supriadi menjadi ketua untuk periode 2016-2019, saat ini sedang mengolah lahan berbidang empat hektar dan sudah ditanami aneka macam tumbuhan pangan. Ada kacang panjang, sayuran, pisang hingga umbi-umbian.
Menurut Supriadi Tongka, saat ini pemuda adat Talang Mamak dipercaya para Batin (tetua adat) guna mengelola wilayah adat secara komunal. Komunal artinya dikelola dan dimiliki secara bersama. Lahan tersebut selain bertepatan dengan pangan yang sedang menjadi persoalan dunia, juga sejak awal diperuntukkan sebagai aksi konkret pemuda adat di mana mereka langsung terjun bertani untuk tujuan kemandirian ekonomi.
Melalui penanaman ini pula mereka menunjukkan bahwa pemuda adat selain berjaga atas wilayah adat dan seluruh hak-hak yang melekat di atas dan di bawahnya, juga sebagai bentuk kesadaran bahwa pemuda adat harus bisa mandiri bahkan suatu saat membuka lapangan kerja.
Suher, Ketua Daerah BPAN Inhu menambahkan bahwa para pemuda adat bercocok tanam di wilayah adat sebagai bukti bagaimana dalamnya makna wilayah adat bagi Masyarakat Adat. Sebab, katanya, perjuangan kita selama ini adalah jangka panjang yang menghidupi.
Selain itu, Suher juga menekankan bercocok tanam sangat dibutuhkan dalam jangka waktu pendek. Sebab kondisi ketahanan pangan dalam situasi sulit ini adalah hal utama untuk menyambung hidup.
Badan Pangan dan Agraria Dunia (FAO) pada April lalu mengingatkan dunia, khususnya negara anggotanya di mana Indonesia termasuk di dalamnya, bahwa ancaman krisis pangan mengintai dimasa pandemi COVID-19. Pemerintah Indonesia juga tampak menaruh perhatian serius pada peringatan tersebut.
Artinya ancaman krisis pangan bukan tidak mungkin terjadi. Dimasa sulit sekarang, pangan menjadi bagian tak terpisahkan yang menjadi pertaruhan harian sampai berbulan.
Masyarakat Adat Nusantara yang berjuang bersama di AMAN juga telah jauh-jauh hari memprediksi dan menyiapkan diri untuk ancaman itu. Sejak awal virus corona merebak di Indonesia, Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi langsung mengeluarkan instruksi agar seluruh komunitas melakukan karantina wilayah bermartabat. Selain itu, dalam poin pentingnya juga diinstruksikan untuk mengecek dan mempersiapkan kebutuhan pangan.
Pemuda adat juga sadar betul bahwa kondisi sulit ini belum tahu kapan berkahir. Yang pasti pandemi terparah sejak Perang Dunia II ini tidak akan berakhir dalam waktu singkat. Sampai sekarang pun vaksin virus ini belum ditemukan, sekalipun telah terjadi banyak hal, misalnya keluarnya wacana pemerintah untuk menyambut new normal serta yang terbaru munculnya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang mengorbitkan kalung antivirus berbahan eukaliptus yang kontroversial.
Untuk itu pemuda adat nusantara dalam gerakan pulang kampung melanjutkan tindakan-tindakan konkretnya seperti menanam tanaman pangan.
Jakob Siringoringo