Mantra Kematian

Gemah Ripah Loh Jinawi

Kata mereka untuk Ibu Pertiwi

Lihatlah Sumatera

Di sana banyak mantra

Matra kesejahteraan, mantra perkebunan

 

Lihatlah Kalimantan

Di sana banyak santan

Santan kelapa sawit, bubur batubara

Lihatlah Papua

Di sana banyak emas

Emas berkilauan, emas permasalahan

 

Gemah ripah loh jinawi

Demikian mereka sebut untuk menyakiti Ibu Pertiwi

 

~Jakob Siringoringo

 

 

Hilang

Hidupku ini merasa kehilangan

Hidupku ini merasa tertindas

Hidupku ini merasa disingkirkan

 

Dulu hidupku kaya

Dulu hidupku indah

 

Sekarang semuanya hilang

Di mana aku harus mencari

Kepada siapa aku harus berteduh

Semua yang aku punya sudah musnah

Kini hidupku sedih

Kini hidupku sengsara

 

Terasa tak ada gunanya

Aku hidup di dunia ini

~Hildagardis Urni

Kau adalah Kekuatanku

Memandang keindahanmu setiap saat

Memberikan kedamaian dalam jiwa

Menyejukkan hati yang gersang

Tak pernah terbayang jika aku

Akan kehilanganmu

Tak pernah aku ingin meninggalkanmu

Tahun-tahun berlalu kita masih bersama

Engkau terus menguatkanku

Dengan keindahan yang kau miliki

Engkau memberikan kehidupan

Yang selalu aku butuhkan

Namun kini hatiku begitu sulit

Begitu terluka dan kecewa

Melihatmu telah hilang diambil

Orang-orang yang tamak

Oh…. hutanku kehilangan akan

Dirimu kembali menguatkanku

Untuk merebutmu kembali ke pangkuanku

Takkan rela aku jika engkau menangis

Karena ulah mereka

Hutanku kaulah kekuatanku

 

~Katharina Megawati

 

Tangisan Bumi

Dulu aku masih utuh

Hijau dan dapat membantu

Memberi semangat

Memberi semuanya

Kesejukan

Alunan kicau burung masih menghibur

Kini aku dirusak

Badanku terasa sakit-sakit

Semuanya telah hilang

Apa yang harus kuberi

Tolong-tolong selamatkan aku dari bahaya ini

 

~Samsudin

Mereka Neraka Tanahku

Hutanku saat ini gundul

Airku saat ini keruh

Rumahku tak lagi sejuk

Sekelilingku menjadi perkebunan mereka

Mereka, ya mereka

Mereka yang datang memberi impian di tahan adatku

Mereka yang datang menawarkan perubahan ini untuk masyarakatku

Entahlah! Entahlah!

Saat itu saja harapan besar dari masyarakat adatku untuk mereka

Saat itu terasa sakit saat hutanku dihancurkan oleh mereka

Tapi sakit itu ditelan dalam-dalam berharap ada penghiburan layak setelahnya?

Waktu cepat berlalu

Saat itu kurasakan penyesalan

Menyesal membiarkan mereka di antara tanah adatku

Semua harapan hilang

Kami menjadi buruh di tanah sendiri

Kelaparan di tanah ayah sendiri

Kesakitan di tanah leluhur ini

Hmm… hanya penyesalan

Tapi larut dalam penyesalan tak mengubah sekelilingku

Aku harus berjuang mempertahankan hutanku yang tersisa

Merapatkan barisan menyatukan keberanian

Bersama masyarakat adatku walau kematian menjadi taruhan

 

~Zaimaturrohimah

 

 

Pendidikan Penyadaran

Jalan-jalan ke pulau Jawa

Mampir dulu di lembus wana

Hai teman-teman semua

Ini kami orang-orang mempesona

 

Jalan-jalan ke pulau Jawa

Hanya untuk mencari dukun

Hai kalian-kalian semua

Jawab pertanyaan saya dengan pantun

Ke hutan menangkap burung perkutut

Oke, siapa takut

 

Orang kentut pastilah bau

Kentutnya di kayu belian

Kalau aku boleh tahu

Darimana asal kalian

 

Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa

Jika dibaca mata berkaca-kaca

Kami ini dari desa

Tapi kami suka membaca

 

Pergi berobat ke rumah dokter

Sampai di sana gak bawa pitis

Kami belajar pendidikan populer

Untuk memunculkan kesadaran kritis

 

Pergi ke dokter gak bawa pitis

Mampir-mampirlah di kota sambas

Kita belajar pendidikan kritis

Untuk berpihak kepada yang lemah dan tertindas

 

Duduk-duduk di kota Sambas

Melihat orang berpasang-pasangan

Kalau kita berpihak kepada yang lemah dan tertindas

Jangan lupakan alat-alat perjuangan

 

Duduk-duduk dengan kalem

Sambil melihat gadis Pulan

Kami kemarin menonton film

Tentang rencana wilayah kehidupan

 

Duduk kalem melihat gadis Pulan

Sambil memandangi kegelapan

Kita menonton rencana wilayah kehidupan

Untuk menata masa depan

 

Jalan-jalan ke Balik Papan

Sampai di sana bertemu wisatawan

Kalau kita membuat rencana kehidupan

Jangan lupakan peran perempuan

 

Mencari rotan di tengah duri

Terinjak duri karena ketakutan

Jangan pernah kita mementingkan diri sendiri

Karena kita saling membutuhkan

 

Kalau kamu membawa mantra

Bacalah ia dengan saksama

Hai teman-teman Kalimantan, Jawa, Papua dan Sumatera

Kita semua punya permasalahan yang sama

 

Pergi liburan ke Sumbawa

Transit dulu di Surabaya

Hai teman-teman semua

Apasih permasalahannya…?

 

Kalau transit di Surabaya

Surabaya itu di pulau Jawa

Kamu mau tau apa permasalahannya

Hutan kita habis dibawa

 

Ke pasar pagi membeli serai

Membeli serai untuk masak sayuran

Masyarakat kita banyak yang bercerai-berai

Kalai begitu ayo lakukan penyadaran

 

Membeli serai untuk masak sayuran

Kenapa kita harus melakukan penyadaran?

 

Ngopi-ngopi di kota Padjadjaran

Sambil memakan buah ampelan

Kita harus terus melakukan penyadaran

Akan pentingnya mencintai alam

 

Surabaya itu memang di pulau Jawa

Di pulau Jawa juga ada Jogja

Hutan kita memang habis dibawa

Tapi kebersamaan kita harus dijaga

 

Kalau ke Jogja harus ke Jakarta

Beli tiket jangan lewat perantara

Kebersamaan kita memang harus dijaga

Karena kita Barisan Pemuda Adat Nusantara

 

Bergandeng tangan dengan kekasih

Cukup sekian dan terima kasih

 

 

(Karya: M. Nafis, Sui Utik, 24 Agustus 2016).

Ilalang Bukit

Ilalang mengering pada bukit-bukit

Akan kembali hijau

Saat hujan turun di penghujung tahun…

 

Mendiang sahabat lirih

Berbisik seperti inilah

Tanah kita

 

Oh adikku generasi penerus

Kalau kau besar nanti

Kau akan pergi jauh hingga ke seberang samudera…

 

Tapi sepermai apapun negri orang

Kau bakal selalu merindukan

Bahwa kesejukan alam wilayah adatmu penuh ilalang…

 

~Nopaldi Saogo

Sekolah Adat Samabue

Indonesia memiliki keanekaragaman yang di dalamnya terdapat berbagai adat istiadat, suku, bangsa, bahasa dan budaya yang terangkum dalam identitas.

Masyarakat adat sudah mendapatkan pendidikan yang bersifat formal mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Dalam pendidikan formal itu masyarakat adat dituntut untuk bisa membaca, menulis, mengetahui sejarah Indonesia—yang didominasi oleh sejarah kerajaan/kesultanan. Pendidikan formal dalam prosesnya mendidik mempergunakan bahasa pengantar yang diseragamkan di seluruh Indonesia: bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa pergaulan internasional juga dikedepankan, meskipun hasilnya tidak membuat peserta didik bisa menguasai bahasa Inggris setidaknya pasif setelah menyelesaikan masa studinya.

Pendidikan formal membuat masyarakat adat bercita-cita untuk meninggalkan kampung halamannya. Anak-anak hingga dewasa berduyun-duyun pergi ke kota untuk alasan mengenyam pendidikan. Semakin mengenal kota, mereka malah ingin menetap di sana selamanya.

Dalam pendidikan formal tidak diajarkan tentang sejarah identitas asli para pelajar. Tidak pula diajarkan atau dianjurkan untuk berbahasa daerah. Dampaknya perlahan adalah adanya tanda perubahan dalam diri si perantau mulai muncul. Salah satunya yaitu mereka malu untuk berbahasa daerah. Kenyataan hari ini, bahasa daerah yang merupakan identitas masyarakat adat yang sangat melekat itu hampir jarang digunakan karena merasa malu untuk menggunakannya.

whatsapp-image-2016-09-13-at-14-55-18

Seiring berjalannya arus modernisasi yang membuat generasi muda mengesampingkan hal ini, pendidikan adat yang di dalamnya terdapat sekolah adat harus hadir di tengah-tengah masyarakat adat.

Kalimantan Barat yang memiliki banyak komunitas adat di dalamnya juga memiliki permasalahan serupa. Oleh karena itu, kami—Modesta Wisa, Dwiana Sari, Reni Raja Gukguk, Yosita, dan Katarina Ria, generasi muda adat Kalimantan Barat—berinisiatif mendirikan sebuah sekolah adat. Sekolah adat bernama “SAMABUE” ini merupakan wujud kepedulian terhadap identitas peninggalan leluhur kami. Samabue merupakan nama sebuah bukit yang dianggap sakral atau keramat oleh masyarakat adat yang berada di komunitas Binua Manyalitn. Banyak ritual adat yang dilakukan di bukit Samabue ini.  Hal ini membuat  kami, perintis sekolah adat, untuk menyepakati pemberian nama sekolah adat itu.

whatsapp-image-2016-09-13-at-14-55-26

Sekolah ini bertujuan untuk menciptakan generasi muda adat yang kreatif berbudaya, menggali kembali sejarah komunitas serta suku Dayak Kanayatn, dan mempertahankan kearifan lokal di tengah arus modernisasi.

Sekolah Adat Samabue ini berdiri pada 24 Februari 2016. Dengan struktur pengurus meliputi ketua, sekretaris, bendahara, divisi donasi dan divisi rekrutmen serta tenaga pengajar.

Saat ini sekolah adat Samabue ini sudah berjalan di tiga komunitas adat yaitu Binua Manyalitn, Binua Lumut Tangah dan  Binua Kaca dengan jumlah murid sekitar 60 orang. Sekolah Adat Samabue ini merekrut anak didik mulai dari usia 4 sampai 15 tahun.

whatsapp-image-2016-09-13-at-14-55-22

Sekolah Adat Samabue ini memiliki kelas tari tradisional, kelas sejarah yang sesuai dengan komunitas, kelas singara (bercerita) dan kelas musik tradisional. Sekolah Adat Samabue ini juga memiliki kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan di komunitas serta dengan konsep ‘’Semua Orang Itu Guru, Alam Raya Sekolahku’’.

Adapun lokasi sekolah adat ini tepat di komunitas Binua Manyalitn, Kecamatan Menjalin, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.

~Modesta Wisa

PENGURUS NASIONAL BPAN 2022-2026

KONTAK KAMI

Sekretariat BPAN, Alamat, Jln. Sempur, Bogor

officialbpan@gmail.com